Negara tercinta kita yaitu Indonesia, banyak yang mengatakan bahwa sebuah negara yang kaya raya akan segalanya akan tetapi pada nyatanya yang terjadi dalam masyarakat kita malah sebaliknya. Kemiskinan sudah menjamur di setiap tempat maupun dimana-mana.
Sejak
terjadinya krisis yang melanda pada saat itu adalah masalah gizi dengan kondisi masalah gizi
kurang pada balita di atas 20 ke depannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap
perkembangan sumber daya manusia yang ada dari wanita usia subur yang menderita
Kekurangan Energi Kronik (KEK), yang menyebabkan bayi yang dilahirkan akan
mengalami berat Badan Lahir Rendah ( badan tidak sesuai dengan umur). Bukan
hanya itu saja, 24,6 persen anak balita juga menderita gizi kurang, serta 36,3 persen anak usia masuk
sekolah termasuk pendek (tinggi ini cukup memprihatinkan). Bahkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di
bawah Garis Kemiskinan di Indonesia)
pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Kemiskinan
memiliki dasar, morbiditas dan mortalitas karena penyakit meningkat,
perumahan yang variasi manifestasi mencakup kekurangan pendapatan, sumberdaya
produktif untuk menjamin kehidupan yang
layak dan langgeng, kelaparan dan gizi kurang,
keterbatasan akses terhadap pendidikan dan tidak
layak bahkan tidak memiliki rumah, lingkungan tidak aman, diskriminasi dan
eksklusi sosial.
Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk tumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Gizi seimbang
merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun
kuantitas (jumlahnya).
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis
yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan, dan kedokteran. Dunia pers
lebih suka pakai istilah "busung
lapar" meskipun anak yang gizi buruk belum tentu kelaparan.
Gizi buruk ini merupakan bentuk terparah
(akut) dari proses terjadinya kekurangan
gizi. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya
tiap bulan sampai usia minimal dua
buruk. Jadi, istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingk tahun (baduta). Apabila
pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar Organisasi Kesehatan
Dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit
di bawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis Apabila jauh di bawah standar dikatakan bergizi berat
atau akut.
Anak yang bergizi kurang, berarti
kekurangan gizi pada tingkat ringan atau
sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi jika diamati
dengan saksama badannya mulai kurus. Kasus gizi buruk lebih cepat menarik
perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata penderitaan
anak: sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka tidak dapat berbuat
banyak bagi anak yang gizi buruk terutama bagi mereka yang masih hidup di bawah
garis kemiskinan tersebut.
Berbeda dengan anak yang gizi kurang,
meskipun jumlahnya lebih banyak, mereka
kurang mendapat perhatian karena tidak mudah diketahui umum. Padahal, kelompok anak ini adalah kandidat gizi buruk
apabila tidak dilakukan upaya fungsi
utamanya, yakni melakukan pemantauan berat badan anak dengan baik dan
pencegahan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orangtua dan masyarakat untuk menjaga
agar anak yang sehat dan bergizi kurang terhindar dari gizi buruk.
Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan memantau pertambahan berat
badan anak (terutama baduta) dengan kartu menuju sehat (KMS) di posyandu,
dengan syarat bahwa posyandunya masih berlaku.
Menurut penelitian, banyak posyandu yang tidak lagi melakukan fungsi
tersebut dengan baik dan benar. Banyak
orang berpendapat bahwa terus maraknya kasus gizi buruk di desa-desa salah satu sebab utamanya adalah
tidak berfungsinya posyandu dengan baik dan benar.
Bukan hanya untuk anak balita dan anak
anak saja, tetapi untuk kelompok umur remaja, bahkan dewasa pun banyak mengalami
gizi kurang atau dapat ipengaruhi satus ekonomi dan kemiskinan yang melanda
keluarga tersebut.dikatakan status gizinya tidak baik. Dan hal ini dapat kita
lihat dari keadaan
fisiknya
juga, apakah seseorang itu mengalami masalah gizi dalam kehidupannya sehari-hari atau kita dapat menanyakan apakah
mereka mengalami penyakit yang membuat
mereka tidak selera makan dan terganggunya metabolisme makanan dalam tubuh. Dan yang lebih utama lagi bagaimanakah
keluarga apakah sanggup memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari
Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana
seseorang atau sekelompok tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara maksimal
disebabkan tidak produktif dan
penghasilan yang tak mencukupi. Data kemiskinan berasal dari pendataan
yang dilakukan oleh BKKBN. Pengertian
keluarga miskin adalah suatu keluarga yang
tidak
dapat memenuhi salah satu indikator atau lebih dari enam indikator penentu kemiskinan alasan ekonomi yaitu
pangan, sandang, papan, penghasilan,
(status gizi dan penanggulan kesehatan, dan pendidikan.
Secara umum kemiskinan sangat berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari dan
berdampak dalam segala hal termasuk kesehatan ,pendidikan, hak
kepemilikan dan lain-lain. Kemiskinan yang masih banyak dialami oleh bangsa Indonesia
menimbulkan masalah gizi di mana-mana bahkan banyak terjadi busung lapar di
daerah daerah di Indonesia.
Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau
akar masalah gizi buruk. Data dari
Indonesia dan di negara lain menunjukkan adanya hubungan antara kurang gizi dan kemiskinan. Proporsi anak yang gizi
kurang dan gizi buruk berbanding hambat
keluarga untuk memperoleh akses terhadap ketiga faktor penyebab di terbalik dengan
pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi; makin
tinggi pendapatan, makin kecil persentasenya. Hubungannya bersifat timbal
balik. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya
pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat
makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi dan seterusnya.
Kemiskinan dan pendidikan rendah membuat
anak tidak memperoleh pengasuhan \yang baik sehingga anak tidak memperoleh ASI,
misalnya. Kemiskinan juga menghambat anak memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai.
0 komentar:
Posting Komentar